Teheran, Celotehmuda.com – Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir utama milik Iran, Minggu (22/6/2025), dalam operasi yang diklaim sebagai upaya menghentikan program nuklir Teheran. Serangan tersebut memicu respons beragam dari komunitas internasional dan menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya ketegangan di kawasan Timur Tengah.
Baca Juga : Serangan Rudal Sejjil Iran Picu Kepanikan di Israel Selatan
Operasi yang diberi nama “Operation Midnight Hammer” melibatkan tujuh pesawat siluman B‑2 Spirit yang diterbangkan dari pangkalan udara Whiteman, Missouri. Setiap pesawat menjatuhkan dua bom penghancur bunker jenis GBU‑57 Massive Ordnance Penetrator (MOP) ke fasilitas nuklir Fordo dan Natanz. Sementara itu, situs ketiga di Isfahan dihantam oleh sejumlah rudal jelajah Tomahawk yang diluncurkan dari kapal selam milik Angkatan Laut AS.
“Iran’s key nuclear enrichment facilities have been completely and totally obliterated,” ujar Presiden AS Donald Trump dalam pernyataan resmi di Gedung Putih. Ia menegaskan serangan itu sebagai langkah “pencegahan terhadap ancaman nuklir dari negara sponsor terorisme nomor satu dunia.”
Ketua Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Dan Caine, menambahkan bahwa evaluasi awal menunjukkan “kerusakan sangat parah dan destruktif” di ketiga lokasi target. Citra satelit dari perusahaan independen Maxar Technologies menunjukkan kerusakan signifikan di permukaan fasilitas bawah tanah Fordo dan Natanz.
Baca Juga : Warga Berlin Serukan Perdamaian di Tengah Meningkatnya Ketegangan Iran-Israel
Pemerintah Iran mengonfirmasi adanya serangan terhadap fasilitas nuklir mereka, namun menuduh AS melakukan pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan negara dan hukum internasional.
“Ini adalah tindakan barbar dan ilegal. Program nuklir kami murni untuk tujuan damai dan tidak akan dihentikan oleh kekerasan,” tegas juru bicara Atomic Energy Organization of Iran (AEOI) dalam konferensi pers di Teheran.
Pihak Iran juga menyatakan belum ada indikasi kebocoran radioaktif atau korban sipil akibat serangan tersebut.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan keprihatinannya atas serangan tersebut dan menekankan pentingnya akses penuh untuk melakukan inspeksi pascaserangan.
“Kami belum dapat memastikan dampak internal di Fordo. Namun, tidak terdeteksi adanya peningkatan kadar radiasi di luar fasilitas,” kata juru bicara IAEA di Wina.
Sementara itu, pengamat politik internasional memperingatkan bahwa serangan ini bisa memicu balasan dari Iran atau sekutunya di kawasan. “Ini adalah eskalasi berbahaya yang bisa memperkeruh stabilitas kawasan,” ujar analis Timur Tengah dari Al Jazeera, Mehdi Hasan.
Langkah militer AS ini memunculkan kembali kekhawatiran atas risiko konflik terbuka antara Washington dan Teheran. Meski AS menyebutnya sebagai “serangan terbatas dan terukur”, banyak pihak menilai bahwa tindakan sepihak semacam ini justru dapat memicu ketegangan yang lebih luas.
Masyarakat internasional kini menunggu apakah Iran akan membalas secara militer atau membawa kasus ini ke Dewan Keamanan PBB. Sementara itu, upaya diplomatik untuk meredakan konflik sangat diperlukan guna mencegah terjadinya perang terbuka.
Salman Alfarisi