CELOTEHMUDA.COM- Dalam peringatan Hari Bumi tahun ini, umat Katolik di Sulawesi Selatan melaksanakan ibadah dengan cara yang tidak biasa namun penuh makna: turun ke tanah, menggenggam cangkul, dan menanam pohon matoa. Kegiatan ini berlangsung di lingkungan Wisma Baruga Kare, Paroki Maria Ratu Rosari Kare, Makassar, sebagai wujud konkret dari komitmen terhadap pertobatan ekologis.
Baca Juga : TNI dan Masyarakat Bersatu Hijaukan Luwu Utara dengan Pinus dan Mahoni
Inisiatif ini digagas oleh Kementerian Agama Republik Indonesia melalui Pembimbing Masyarakat (Pembimas) Katolik Kanwil Kemenag Sulsel, dan menjadi bagian dari program nasional penanaman sejuta pohon matoa. Kegiatan tersebut didukung penuh oleh Keuskupan Agung Makassar serta sejumlah organisasi masyarakat Katolik.

“Gerakan ini bukan sekadar simbolik, tetapi bentuk nyata dari ibadah ekologis yang sejalan dengan ajaran Gereja Katolik,” ujar Paulus Palondongan, Pembimas Katolik Sulsel. Ia menjelaskan bahwa gerakan ini sekaligus merefleksikan tema Aksi Puasa Pembangunan (APP) 2025, yakni Pertobatan Ekologis: Menciptakan Lingkungan Hidup yang Baik.
Paulus menegaskan bahwa pertobatan ekologis adalah pengakuan atas dosa manusia terhadap alam, serta usaha untuk memperbaiki hubungan spiritual dan praktis antara manusia dan lingkungan hidup. “Pertobatan ekologis mengarahkan manusia pada perubahan cara memandang, berinteraksi, dan berperilaku dengan alam,” jelasnya.
Pemilihan pohon matoa sebagai objek penanaman juga memiliki makna strategis dan ekologis. Sebagai tanaman lokal Sulawesi yang tumbuh dan berbuah cepat serta memiliki nilai ekonomi, matoa menjadi simbol keseimbangan antara pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Menanam pohon bukan hanya soal menjaga lingkungan, tapi juga merupakan tanggung jawab kita sebagai umat ciptaan Tuhan,” tambah Paulus.
Pastor Albert Arina yang turut hadir dalam kegiatan ini memberikan apresiasi atas gerakan tersebut. Ia menyebutnya sebagai bentuk pewartaan hijau yang relevan dengan krisis iklim global. “Ini sejalan dengan iman kita tentang pertobatan ekologis—bahwa kita harus menjaga dan merawat bumi ini, rumah bersama kita,” ungkapnya.
Baca Juga : Pemkot Makassar Larang Reklame di Pohon, Antisipasi Musim Politik
Dalam refleksinya, Pastor Albert juga mengutip ensiklik Laudato Si’ dan Fratelli Tutti dari Paus Fransiskus yang menekankan pentingnya persaudaraan universal, tidak hanya antar sesama manusia, tetapi juga dengan seluruh ciptaan.
Gerakan penanaman pohon ini menjadi contoh nyata bagaimana iman dapat diwujudkan dalam tindakan konkret, selaras dengan semangat Hari Bumi dan misi Gereja untuk menjaga ciptaan Tuhan.
Editor : Salman Alfarisi
Pingback: Anak Muda Sulsel Kirim Pesan Hijau ke Dunia Lewat Restorasi Mangrove di Puntondo - celotehmuda.com