Kerja Sama Indonesia-Jepang dalam Program Makan Bergizi Gratis: Perbandingan dengan Kyushoku di Jepang

Kerja Sama Indonesia-Jepang dalam Program Makan Bergizi Gratis: Perbandingan dengan Kyushoku di Jepang

Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang sepakat untuk bekerja sama dalam menyukseskan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Kerja sama ini diungkapkan oleh Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Adita Irawati, pada 13 Januari 2025, yang menyatakan bahwa diskusi lebih lanjut antara kementerian dan lembaga terkait akan dilakukan untuk menindaklanjuti kesepakatan ini. Program MBG sendiri telah berjalan sejak 6 Januari 2025 dan menyasar anak-anak dari tingkat SD hingga SMA, ibu hamil, ibu menyusui, serta balita.

Mengingat Jepang telah sukses menjalankan program serupa yang dikenal dengan nama kyushoku atau makan siang sekolah, kedua negara sepakat untuk mengimplementasikan kolaborasi dalam bentuk latihan penyediaan makan siang di sekolah, pengiriman tenaga ahli, serta bantuan dalam sektor perikanan dan pertanian.

Namun, meski keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu memberi makan bergizi kepada anak-anak dan kelompok rentan lainnya, terdapat sejumlah perbedaan signifikan antara kyushoku di Jepang dan program MBG di Indonesia. Berikut adalah beberapa perbandingan utama antara kedua program tersebut:

1. Sasaran Penerima Manfaat

  • Jepang: Kyushoku hanya ditujukan kepada siswa sekolah di tingkat dasar hingga menengah, yakni dari SD hingga SMA.
  • Indonesia: MBG mencakup kelompok yang lebih luas, termasuk siswa sekolah, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak di bawah lima tahun (balita).

2. Proses Produksi Makanan

  • Jepang: Makanan untuk kyushoku diproduksi langsung di dapur sekolah dengan kolaborasi antara ahli gizi di setiap distrik untuk menyusun menu makan siang yang seimbang.
  • Indonesia: Makanan untuk MBG diproduksi di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tersebar di berbagai lokasi dan kemudian didistribusikan ke sekolah-sekolah.

3. Menu yang Disediakan

  • Jepang: Menu makan siang sangat bervariasi, mencakup hidangan utama seperti kari, mie dingin, daging sapi, ikan, serta lauk pauk seperti salad, sup, dan sayuran. Setiap menu diatur untuk memenuhi keseimbangan gizi yang telah ditetapkan.
  • Indonesia: Menu untuk MBG lebih sederhana dan cenderung terdiri dari masakan khas rumahan, dengan daging ayam dan telur sebagai sumber protein utama. Variasi menu di Indonesia masih terbatas.

4. Pendidikan Gizi

  • Jepang: Program shokuiku adalah bagian dari kurikulum di Jepang yang bertujuan mengajarkan siswa tentang pola makan sehat dan berkelanjutan. Ahli gizi juga memiliki peran dalam memberikan edukasi tentang makanan yang sehat.
  • Indonesia: Program MBG di Indonesia belum mencakup aspek pendidikan gizi secara formal atau teoritis di sekolah.

5. Peran Siswa dalam Program

  • Jepang: Siswa di Jepang berperan aktif dalam program kyushoku dengan ikut serta dalam tugas melayani makanan, membersihkan bekas makan, dan bekerja sama dalam tim. Ini mengajarkan mereka tentang tanggung jawab dan kebersihan.
  • Indonesia: Siswa di Indonesia belum terlibat langsung dalam proses distribusi atau penyajian makanan dalam program MBG.

6. Makanan Penutup

  • Jepang: Sekolah-sekolah di Jepang menyediakan makanan penutup spesial pada hari-hari tertentu, sesuai dengan musim. Hal ini bertujuan untuk menjaga minat siswa terhadap menu makan siang.
  • Indonesia: Program MBG di Indonesia tidak menyediakan makanan penutup spesial. Fokus utama program ini adalah pada pemberian makanan bergizi dengan anggaran terbatas, yakni Rp 10 ribu per anak.

7. Biaya Program

  • Jepang: Meskipun kyushoku telah menjadi bagian dari kurikulum, orang tua siswa tetap diminta untuk membayar biaya untuk mendukung program ini. Meskipun demikian, biaya yang dikenakan masih terjangkau.
  • Indonesia: Berbeda dengan Jepang, MBG di Indonesia sepenuhnya gratis untuk penerima manfaat, tanpa biaya yang dibebankan pada orang tua atau siswa.

Kesimpulan

Kerja sama antara Indonesia dan Jepang dalam program Makan Bergizi Gratis merupakan langkah positif untuk meningkatkan kesejahteraan gizi masyarakat, khususnya anak-anak dan kelompok rentan lainnya. Meskipun ada perbedaan signifikan dalam pelaksanaannya, kedua program memiliki tujuan yang sama: memastikan setiap anak mendapatkan makanan yang bergizi. Dengan dukungan dari Jepang yang memiliki pengalaman lebih lama dalam menjalankan program makan siang sekolah, Indonesia berharap dapat memperbaiki dan mempercepat pelaksanaan MBG agar lebih efektif dan menjangkau lebih banyak penerima manfaat di masa depan. ( Sumber : Tempo.co, – Editor : Salman )

Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang sepakat untuk bekerja sama dalam menyukseskan program Makan Bergizi Gratis (MBG).

3 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *