Dibangun 1955, Masjid Raya Sengkang Simpan Fakta yang Tak Banyak Orang Tahu

Dibangun 1955, Masjid Raya Sengkang Simpan Fakta yang Tak Banyak Orang Tahu

CELOTEHMUDA.COM – Terletak di pusat Kota Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, Masjid Agung Ummul Quraa berdiri megah sebagai simbol keagamaan dan budaya masyarakat setempat. Dikenal juga sebagai Masjid Raya Sengkang, bangunan ini memiliki sejarah panjang yang mencerminkan perpaduan antara nilai-nilai religius dan arsitektur khas Bugis.

Baca Juga : Mengapa Sidik Jari Setiap Orang Berbeda? Ini Fungsi Evolusionernya

Pembangunan Masjid Agung Ummul Quraa dimulai pada 12 Desember 1955, dengan peletakan batu pertama oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno. Desain masjid ini dirancang oleh Friedrich Silaban, seorang arsitek Kristen Protestan yang juga merancang Masjid Istiqlal di Jakarta. Pembangunan masjid selesai pada tahun 1965 dan diresmikan oleh W’ Mohammad Hatt. Presiden.

Masjid ini menampilkan arsitektur khas Bugis dengan lebih dari 50 tiang penyangga berwarna putih, dipadukan dengan aksen emas dan kaligrafi berwarna cokelat hitam. Kubah masjid berwarna kuning emas menjadi ciri khas yang mencolok. Di dinding arah kiblat, terdapat tulisan Asmaul Husna berwarna keemasan yang menambah keindahan interior masjid

Masjid Agung Ummul Quraa tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat Wajo. Lokasinya yang strategis, berdekatan dengan Lapangan Merdeka Sengkang, menjadikannya titik sentral dalam berbagai kegiatan keagamaan dan budaya di kota tersebut.

Baca Juga : Bukan Hanya Adat, Siri’ na Pacce Ternyata Jadi Pedoman Melawan Ketidakadilan

Seiring berjalannya waktu, masjid ini mengalami beberapa renovasi untuk mempercantik tampilan tanpa mengubah struktur aslinya. Pada tahun 2004, sesuai dengan Keputusan Menteri Agama No. 394, masjid ini dikategorikan sebagai Masjid Agung, mengingat kedudukannya di tingkat kabupaten.

Masjid Agung Ummul Quraa Sengkang tetap menjadi ikon keagamaan dan budaya di Sulawesi Selatan, mencerminkan harmoni antara sejarah, arsitektur, dan kehidupan masyarakat bugis.

Editor : Salman Alfarisi

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *