Bukan Hanya Adat, Siri’ na Pacce Ternyata Jadi Pedoman Melawan Ketidakadilan

Bukan Hanya Adat, Siri’ na Pacce Ternyata Jadi Pedoman Melawan Ketidakadilan

CELOTEHMUDA.COM – Siri’ na Pacce merupakan falsafah hidup masyarakat Bugis dan Makassar yang menjadi pilar utama dalam membentuk karakter sosial dan budaya di Sulawesi Selatan. Nilai ini diwariskan secara turun-temurun, menjadi panduan dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat.

Secara etimologis, Siri’ berarti rasa malu atau harga diri, sedangkan Pacce mengandung arti empati mendalam, kepedulian, dan solidaritas terhadap penderitaan orang lain. Kedua nilai ini berjalan seiring, membentuk sistem moral yang kuat dalam masyarakat Sulawesi Selatan.

Baca Juga : Bukan Sekadar Bisa Main Gadget, Inilah Arti Sebenarnya Melek Digital

Dalam berbagai literatur dan kajian budaya, Siri’ dianggap sebagai bentuk kontrol sosial. Seseorang yang kehilangan Siri’ akan dianggap tidak memiliki martabat. Karena itu, menjaga kehormatan diri, keluarga, dan komunitas adalah hal yang sangat dijunjung tinggi. Sementara Pacce menjadi penyeimbang, mendorong setiap individu untuk peduli terhadap sesama dan bertindak adil.

Falsafah ini juga tercermin dalam berbagai peribahasa Bugis-Makassar, salah satunya:

“Naia siri’mu, naia pacce’mu, ittemu gau’mu.”
(Di mana harga dirimu dan empati sosialmu, di situlah mulianya perilakumu.)

Siri’ na Pacce juga menjadi bagian penting dalam penyelesaian konflik secara adat, mendidik anak, serta menjaga solidaritas sosial di kampung-kampung Bugis dan Makassar.

Baca Juga : Inilah Makna Tersembunyi dalam Tradisi Mapatettong Bola yang Jarang Diketahui

Beberapa peneliti, seperti Christian Pelras dalam bukunya The Bugis (1996), menyebut Siri’ na Pacce sebagai “faktor dominan dalam struktur psikososial masyarakat Bugis.” Nilai ini memengaruhi sikap terhadap kehormatan, kewajiban, dan tanggung jawab sosial.

Meski zaman telah berubah, falsafah Siri’ na Pacce tetap dianggap relevan. Nilai-nilainya kini banyak diperkenalkan kembali lewat pendidikan budaya lokal di sekolah-sekolah, komunitas budaya, hingga kampanye sosial yang mendorong integritas, kepedulian, dan rasa hormat terhadap sesama.

Editor : Salman Alfarisi

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *