CELOTEHMUDA.COM — Upaya memperkuat harmoni antarumat beragama di Indonesia mendapat momentum baru dengan adanya Deklarasi Istiqlal 2024, yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, yang kini menjabat sebagai Menteri Agama RI.
Baca Juga : Pemkot Makassar Sinergikan Pengawasan dengan BPKP, Fokus Bangun Pemerintahan Bersih
Deklarasi ini diresmikan pada 5 September 2024 di Masjid Istiqlal, Jakarta, dan menjadi pusat perhatian dalam acara buka puasa bersama serta silaturahmi lintas agama yang berlangsung di Aula Keuskupan Agung Makassar, Sabtu (15/3).
Acara ini digagas oleh Komisi Kerawam – Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAK) Keuskupan Agung Makassar dan dihadiri oleh perwakilan dari berbagai agama, termasuk Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
Organisasi kepemudaan lintas agama seperti KNPI, Pemuda Ansor, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Katolik, Permabudhi, FMKI, PMKRI, ISKA, serta Pakin Pemuda Konghucu turut hadir, bersama pejabat dari Kementerian Agama dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Selatan.
Deklarasi Istiqlal 2024 mengusung subjudul “Meneguhkan Kerukunan Umat Beragama untuk Kemanusiaan”, yang menekankan pentingnya solidaritas lintas agama dalam menghadapi krisis global, termasuk dehumanisasi dan perubahan iklim.
Deklarasi ini menegaskan bahwa agama harus menjadi sumber perdamaian, bukan pemecah belah.Dalam sambutannya, Uskup Keuskupan Agung Makassar, Fransiskus Nipa, menekankan pentingnya menyosialisasikan deklarasi ini ke berbagai lapisan masyarakat. Ia mengutip pesan Menteri Agama Nasaruddin Umar yang mengajak agar Deklarasi Istiqlal dikampanyekan di tingkat nasional maupun internasional.
“Gereja Katolik memiliki komitmen kuat terhadap nilai kasih, baik kepada Tuhan, sesama manusia, maupun alam semesta. Kami berharap deklarasi ini tidak hanya menjadi dokumen, tetapi juga diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Uskup Fransiskus.
Baca Juga : Wali Kota Parepare Serahkan Bantuan untuk Korban Kebakaran di Jalan Andi Makkasau
Senada dengan itu, perwakilan FKUB Sulsel menegaskan bahwa deklarasi ini harus menjadi panduan moral dan etis bagi masyarakat.
“Manusia harus dipandang sebagai makhluk mulia ciptaan Tuhan, bukan sekadar objek kepentingan. Nilai-nilai agama harus berfungsi untuk memperkuat persaudaraan, bukan alat eksploitasi,” tegasnya.
Deklarasi Istiqlal 2024 juga berperan sebagai diplomasi lintas keyakinan untuk mendorong toleransi dan pelestarian lingkungan hidup. Ketua Komisi Kerawam-HAK KAMS, Pastor Albert Arina, menegaskan bahwa Sulawesi Selatan bisa menjadi model nasional dalam penerapan deklarasi ini.
“Kami berharap acara ini semakin memperkokoh kerukunan umat beragama, baik di Sulawesi Selatan maupun di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Penandatanganan Deklarasi Istiqlal tidak terlepas dari kunjungan bersejarah Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3–6 September 2024, yang menjadi bagian dari Perjalanan Apostoliknya. Indonesia adalah negara pertama yang dikunjungi Sri Paus pada tahun itu, sebagai respons atas undangan Presiden Joko Widodo sejak 2022.
Kedatangan Paus disambut dengan antusias oleh jutaan umat Katolik dan pemuka agama dari berbagai latar belakang. Selain menandatangani deklarasi, Paus Fransiskus menyerukan perdamaian, toleransi, dan kepedulian terhadap lingkungan hidup.
Dengan semangat Deklarasi Istiqlal 2024, diharapkan Indonesia semakin kokoh sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai Bhinneka Tunggal Ika, serta mampu menjadi contoh bagi dunia dalam membangun harmoni antarumat beragama.
Editor : Salman Alfarisi