Konawe – Masyarakat, desa tani indah, sulawesi tenggara baru-baru ini melakukan blokir di jalan hauling PT Obsidian Stainless Steel (PT OSS) sebagai bentuk protes terhadap mobilisasi batu bara dari jetty ke pabrik. Salah satu warga, H. Amir, mengeluhkan empangnya yang diduga tercemar polusi batu bara, sehingga menyebabkan udang di tambaknya mati.
Seorang warga terdampak mengatakan bahwa sejak Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) beroperasi, tambak ikan dan udang milik warga banyak tercemar debu batu bara yang mengakibatkan penurunan hasil produksi. Selain itu, banyak warga mengeluhkan kesehatan mereka yang mulai terganggu akibat kegiatan PLTU batu bara PT OSS tersebut.
Sejumlah komunitas warga terdampak dari PT OSS di Desa Tani Indah berbondong-bondong datang untuk meminta penghentian PLTU Captive. Warga dari dua kabupaten, Kecamatan Kapoiala Kabupaten Konawe dan Desa Banggina Kecamatan Motui, mendesak pemerintah untuk segera mewujudkan transisi energi yang berkelanjutan.

Masyarakat sangat geram terhadap keberadaan PLTU Captive tahap 2 di Desa Tani Indah. Selain pencemaran udara, juga berdampak pada kesehatan masyarakat dan menyebabkan penurunan ekonomi yang signifikan.
Menurut Kamriadi, salah satu warga, “Seluruh lingkungan sekitar perusahaan sudah tercemar dan terdampak limbah cair maupun debu batu bara yang masuk ke empang. Tapi yang lebih parah lagi adalah limbah cairnya karena perusahaan ini langsung membuang limbahnya ke sungai, di mana sungai itu digunakan untuk mengairi tambak-tambak masyarakat.”
Anas Padil, Koordinator aksi, mengatakan, “Gerakan ini merupakan bentuk protes terhadap industri yang tidak mempedulikan kesehatan dan keberlanjutan lingkungan sekitar. Kami sangat tidak mentolerir perusahaan yang melakukan pencemaran lingkungan. Kami menuntut agar PLTU batu bara PT OSS menghentikan PLTU Captive, mewujudkan transisi energi, dan berpihak kepada masyarakat. Salam Lestari.”
Baca juga : Silaturahmi Inspiratif, Dr. Syamsul Bahri Bertemu Menteri Agama
Polusi masih dianggap sebagai ancaman terbesar bagi umat manusia. Hal ini karena penggunaan energi kotor masih mendominasi, terutama penggunaan energi kotor batu bara. Batu bara dipilih karena selain mudah terbakar, harganya pun sangat murah, sehingga banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan untuk memasok energi listrik sebagai penunjang operasional perusahaan.

Salah satu perusahaan yang menggunakan energi kotor batu bara dalam memasok kebutuhan listriknya adalah PT OSS yang terletak di kawasan industri Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Konsumsi batu bara yang cukup besar tersebut berkontribusi pada menurunnya kualitas lingkungan sekitarnya. Akibatnya, produksi lahan pertanian masyarakat terus mengalami penurunan setiap tahunnya.
Berdasarkan hasil wawancara lapangan tim Walhi Sultra bersama masyarakat Morosi, pembakaran batu bara yang dilakukan tanpa henti menyisakan abu hitam yang kemudian bercampur dengan udara dan menyebar ke lahan-lahan pertanian masyarakat. Akibatnya, kualitas air tanah menjadi tidak produktif lagi karena buangan hasil sisa pembakaran batu bara mengandung zat sulfur oksida (SO2) yang menyebabkan keracunan pada tanaman.
Selain masalah pada produktivitas pertanian, abu batu bara juga berkontribusi pada masalah kesehatan masyarakat sekitar. Dari wawancara tim Walhi Sultra bersama seorang petugas kesehatan Puskesmas Morosi, sejak adanya pabrik pengolahan nikel di Morosi, angka penderita Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) terus mengalami peningkatan.
PT OSS yang terletak di Desa Tani Indah, Kabupaten Konawe ini, dianggap sebagai salah satu perusahaan pemurnian besar di Asia. Dengan lahan seluas 800 ha dan total kapasitas produksi sebesar 3 juta metrik ton per tahun, perusahaan ini mulai dibangun sejak 2015 dan beroperasi pada tahun 2018. Dalam menunjang operasionalnya, PT OSS membangun PLTU dengan kapasitas 1.820 MW yang menyebabkan pencemaran lingkungan di sekitar lokasi perusahaan. (celoteh)
2 thoughts on ““Morosi melawan, Tuntut PT OSS Hentikan Polusi Batu Bara””